Kamis, 02 Juli 2015

Gangguan Kecemasan Pada Anak (Kasus Putusnya Jembatan Sungai Cibeurang)

BAB I
Pendahuluan

1.      Latar Belakang

Semua orang hampir bisa dipastikan pernah mengalami apa yang disebut rasa cemas, gelisah, khawatir, dan panic. Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap individu seperti reaksi seseorang jika sedang mengalami stress kerapkali disertai dengan suatu kecemasan. Namun apabila suatu individu tidak dapat mengontrol ataupun meredam rasa cemas tersebut dalam situasi dimana orang-orang pada umumnya mampu menangani kecemasan tanpa adanya kesulitan yang dianggapnya begitu berarti, maka dalam hal ini telah dikatakan penyimpangan.
Kecemasan pada individu dapat muncul pada situasi yang biasanya dianggap sebagai moment yang berarti dalam hidupnya. Gangguan kecemasan akan muncul apabila rasa cemas tersebut berlangsung lama, dan akan terjadi perubahan perilaku atau perubahan metabolisme tubuh.
Seperti yang akan penulis bahas adalah tentang sebuah kasus pada anak SD yang mengalami kecemasan yang berlebih dan traumatik pada jembatan gantung akibat dari putusnya jembatan yang biasa anak-anak SD ini pergunakan untuk berangkat ke sekolah.
Tragedi anak-anak Banten yang harus bertaruh nyawa saat pergi ke sekolah mereka, menjadi sorotan setelah 45-an murid SD di Lebak hanyut terbawa arus saat hendak menuju sekolah. Sebanyak 45 siswa sekolah dasar tercebur ke Sungai Cibeurang dalam kondisi arus deras saat menyebrangi jembatan gantung yang munghubungkan Desa Sindai, Kecamatan Sajira, dan Pasir Eurih, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, selasa 10 Maret 2015. Jembatan berusia 27 tahun ini putus lantaran kelebihan beban.
Warga sekitar dan anak-anak terpaksa harus tetap melewati jembatan yang sudah lapuk dimakan usia ini, karena sudah tidak ada lagi akses jalanan yang lain, hanya ini satu-satunya jalan yang ada untuk menghubungkan antara dua desa.
Walaupun resiko yang ditimbulkan sangat besar tepai warga harus tetap melawan bahaya itu, dengan resiko seperti tergelincir ke derasanya arus sungai.




BAB II
Landasan Teori

Kasus ini akan dibahas dari beberapa teori, yaitu sebagai berikut:

1.      Definsi Gangguan Axienitas
     Anxiety Disorders/Gangguan Cemas adalah gangguan yang paling umum, atau sering terjadi berupa gangguan mental, dimana dalam hal ini meliputi suatu kelompok kondisi-kondisi yang terbagi antara gangguan cemas yang ekstrim atau patologis sebagai gangguan yang mengenai suasana hati atau tekanan emosional.
Kecemasan, yang dipahami sebagai lawan dari ketakutan normal, adalah jelmaan oleh gangguan suasana hati, seperti halnya berpikir, perilaku, dan aktivitas fisiologis.

2.      Gangguan Anxiety Menyeluruh
Gangguan Anxiety menyeluruh yaitu terus menerus merasa cemas, sering kali tentang hal-hal kecil. Orang yang mengalami Anxiety Menyeluruh memiliki kekhawatiran kronis terus menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan, finansial). Ada keluhan somatic: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, dll. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, bergetar, mudah lelah, dll. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan control, cemas akan mendapatkan serangan jantung, cemas akan mati.

3.      Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/Gangguan Stress Pasca Trauma)
PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatic yang biasanya dilami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD biasanya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD.
  
4.      Teori Interpersonal
Kecemasan adalah kekuatan pengganggu utama yang menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang sehat. Kecemasan membuat manusia tidak mampu belajar, merusak ingatan, menyempitkan sudut pandang, dan bahkan dapat menyebabkan amnesia total. Oleh karena kecemasan menyakitkan, maka orang cenderung menghindarinya, secara turun-temurun memilih situasi euphoria atau ketiadaan ketegangan. Sullivan (1954) merangkum konsep ini dengan menyatakan bahwa “keberadaan kecemasan jauh lebih buruk dari ketidakberadaannya”.
Sullivan membedakan kecemasan dengan rasa takut dalam beberapa pendekatan yang penting. Pertama, kecemasan biasanya berakar dari situasi interpersonal yang kompleks dan hanya tampak samar dalam kesadaran. Kedua, kecemasan tidak memiliki nilai positif. Ketiga, kecemasan menghambat terpuaskannya kebutuhan.
Pertentangan terhadap pemuasan kebutuhan ini diungkapkan dalam kata-kata yang dapat dianggap sebagai definisi Sullivan akan kecemasan “Kecemasan adalah ketegangan yang bertentangan dengan ketegangan akan kebutuhan dan bertentangan dengan tindakan yang membuat mereka merasa nyaman” (Sullivan, 1953b).

5.      Teori Perspektif Psikoanalisis
Teori ini mengatakan bahwa sumber kecemasan secara menyeluruh disebabkan oleh konflik yang tidak disadari antara ego dan implus-implus id. Implus-implus ini biasanya bersifat seksual atau agresif dan berusaha untuk mengekspresikan diri namun ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari adanya ketakutan terhadap hukuman yang diterima sehingga menyebabkan individu menekan implus-implus tersebut kealam bawah sadar. Dengan demikian, individu selalu mengalami kecemasan.

6.      Perspektif Kognitif-Behavioral
Menurut teori ini gangguan disebabkan oleh proses berpikir yang menyimpang. Orang dengan gangguan anxietas menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadian-kejadian biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas pasien gangguan anxietas menyeluruh yang mengancam juga muncul walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar.



A.    Gangguan Stress Pascatrauma
Faktor-faktor resiko
Terdapat beberapa faktor resiko gangguan stress pascatrauma jika dilihat dari peristiwa traumatis yang dialami, misalnya nyawa yang terancam, pemisahan dari orang tua di masa kecil, berjenis kelamin perempuan, berbagai pengalaman traumatis dan gangguan yang dialami sebelumnya.
Perkembangan gangguan stress pascatrauma diasosiasikan dengan kecenderungan untuk bertanggung jawab atas kegagalan dan emosi dalam menghadapi stress.

1.      Teori-teori Psikologis
Menurut teori belajar, gangguan stress pascatraumatik terjadi karena pengkondisian klasik terhadap rasa takut. Misalnya ketika seorang wanita yang pernah diperkosa merasa tekut untuk berjalan di lingkungan tertentu (CS) karena diperkosa ditempat itu (UCS). Berdasarkan rasa takut yang dikondisikan secara klasik tersebut, terjadi penghindaran yang secara negative dikuatkan oleh berkurangnya rasa takut yang dihasilkan oleh ketidakberadaan dalam CS.
Menurut teori psikodinamika, mengatakan bahwa ingatan tentang kejadian traumatic muncul secara konstan dalam pikiran seseorang dan sangat menyakitkan sehingga dengan sadar mereka merepresinya.

2.      Teori-teori Biologis
Trauma dapat mengaktivasi sistem noradregenik, meningkatkan level norepinephrin sehingga membuat yang bersangkutan lebih mudah terkejut dan cepat mengekspresikan emosi dibandingkan kondisi normal.

  

B.     Analisis Kasus
Analisis kasus ini diambil dari sebuah peristiwa nyata yang terjadi di daerah Banten. Peristiwa bermula ketika Surdi dan teman-teman sekolahnya ingin menyebrangi jembatan gantung sungai cibeurang yang jarak dari sungai ke jembatan gantung itu 15 meter.
Jembatan penghubung antara Kampung Kaduluhur di Kecamatan Cimarga dengan Kampung Sindai di Kecamatan Sajira yang merupakan jembatan penghubung kedua kecamatan ini putus saat dilalui oleh anak-anak SD yang sedang menuju ke sekolah masing-masing, tiba-tiba putus. Sontak jerit dan tangis mewarnai jembatan yang tiba-tiba putus dan jatuhnya tubuh-tubuh mungil tersebut ke dalam Sungai Cibeurang. Beberapa murid terbawa arus.
Warga sekitar jembatan segera berhamburan dan sigap memberikan pertolongan. Beruntung tidak terdapat korban jiwa. Tapi puluhan anak-anak mengalami luka cukup parah dan ada diantaranya yang patah tulang, segera dilarikan warga ke puskesmas dan RSUD Adjidarmo karena luka-lukanya. Menurut Imah (36th), seorang warga yang berada di tempat kejadian, menuturkan bahwa jembatan tersebut memang sudah tidak layak lagi untuk dilewati, sudah puluhan tahun, kawat sling dan tali pengikatnya sudah tua dan lapuk dimakan usia. Papan-papan atas jembatan sudah hancur, tetapi warga, terutama anak-anak ini tidak punya pilihan.
Salah satu anak SD yang mengalami musibah ini adalah Surdi. Ketika surdi dan teman-teman sekolahnya sedang menyebrangi sungai itu seketika jembatan gantung itu pun putus dan mengakibatkn surdi dan teman-temanya jatuh ke sungai.
Tetangganya, Eneng yang anaknya juga menjadi korban putusnya jembatan gantung menceritakan bagaimana Surdi sampai mengalami luka parah. Menurut warga Kadu Luhur itu, Surdi tak seberuntung anaknya yang hanya mengalami luka ringan di kaki. Menurut Eneng, pada saat kejadian putusnya jembatan gantung, kaki Surdi tersangkut terlebih dahulu pada kawat sling jembatan. Setelah itu, Surdi terhantam papan jembatan kemudian kakinya lepas dari jeratan kawat sling. Eti menuturkan, saat jatuh Surdi merasa seperti bermimpi kemudian pingsan. Ia juga mengisahkan kondisi anaknya setelah jatuh dari jembatan gantung yang putus. Surdi, anak pasangan dari Eti dan Sura’I itu mengalami trauma dan kecemasan yang berlebihan. Saat ini Surdi kerap tidak bisa tidur, diare, perut tidak enak dan makan pun tidak nafsu. Sebenarnya Surdi telah mendapatkan pengobatan dari puskesmas. Bahkan, ia beberapa kali diurut karena mengeluh pinggangnya juga sakit.
Lalu warga membawa surdi pulang kerumahnya, Surdi terlihat terbaing lemah di rumahnya dengan beralaskan tikar. Sekujur tubuhnya memar. Punggungnya terluka parah hingga membuatnya sulit untuk duduk. Bahkan, terlihat jelas lebam di beberapa bagian muka dan bibirnya. Luka-luka di tubuh Surdi memaksanya untuk tetap di rumah. Siswa kelas 5 SDN 1 Pajagan, Kecamatan Cimarga Lebak-Banten tersebut terpaksa tak mengikuti ujian tengah semester yang saat ini sedang berlangsung. Beruntung anak malang itu jatuh tepat di rakit yang berada di bawah jembatan sehingga tidak terhanyut di sungai. Sampai sekarang Surdi belum berani mendekati sungai akibat kejadian selasa pagi tersebut yang menimpanya. Surdi sangat cemas dan jantungnya berdetak dengan sangat keras apabila ia mendekati sungai dan melakukan aktivitas. Ia merasa bahwa akan terulang kembali kejadian yang tidak mengenakkan pada hari itu yang menimpanya.
Faktor penyebab terjadinya mengapa jembatan gantung itu bisa putus adalah usia jembatan gantung 27 tahun, faktor kelebihan beban pun bisa terjadi yang sehingga menyebabkan jembatan gantung itu bisa terputus. Tetapi seharusnya pemerintah dan warga sekitar ikut andil dalam merawat dan menjaga jembatan gantung tersebut agar tetap kokoh dan kuat, karena jembatan gantung tersebut merupakan salah satu akses utama yang menghubungkan antar desa dan akses menuju sekolah bagi anak-anak yang berada di Desa Sindai.
  


C.    Evaluasi Kasus
Dari analisis yang telah dipaparkan diatas, Surdi menderita Gangguan Anxiety Menyeluruh:
a.       Yaitu terus menerus merasa cemas, sering kali tentang hal-hal kecil:
Saat ini Surdi kerap tidak bisa tidur, diare, perut tidak enak dan makan pun tidak nafsu, surdi mengalami gangguan kesemasan menyeluruh dalam hal somatic, yaitu gangguan yang berhubungan dengan kondisi individu itu sendiri. Bahkan surdi pun kerap kali berpeluh sakit pada punggungnya, walaupun ia sudah dibawa ke puskesmas pasca kejadian yang menimpanya.
b.      Orang yang mengalami Anxiety menyeluruh memiliki kekhawatiran kronis terus menerus mencakup situasi hidup:
Sampai sekarang Surdi belum berani mendekati sungai akibat kejadian selasa pagi tersebut yang menimpanya. Surdi sangat cemas dan jantungnya berdetak dengan sangat keras apabila ia mendekati sungai dan melakukan aktivitas. Ia merasa bahwa akan terulang kembali kejadian yang tidak mengenakkan pada hari itu yang menimpanya.

Kasus yang dialami Surdi juga masuk ke dalam Teori Kognitif-Behavioral, yaitu Orang dengan gangguan kecemasan menyeluruh seringkali mempersepsikan kejadian-kejadian biasa menjadi sesuatu yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi bencana pada masa mendatang. Sensitivitas pasien gangguan anxietas menyeluruh yang mengancam juga muncul walaupun stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar. Dimana Surdi merasa sangat cemas dan jantungnya berdetak dengan sangat keras apabila ia mendekati sungai dan melakukan aktivitas, dan surdi merasa akan ada bahaya yang mengancamnya.



BAB III
Penutup

1.      Kesimpulan

Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau perasaan takut yang menyeluruh, dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada setiap individu, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Anxiety Disorder berupa gangguan fobia, gangguan panic, gangguan obesif-komplusif, gangguan anxietas menyeluruh, dan gangguan stress pasca trauma.
Kecemasan muncul karena individu memikirkan atau membayangkan suatu tindakan atau peristiwa yang dilakukan secara berlebihan, sehingga pada saat melakukan kegiatan tersebut individu cenderung merasa tertekan akan tindakan yang pernah dibayangkan secara berlebihan. Gangguan kecemasan ini merupakan salah satu bentuk dari penyakit mental. Penyebabnya bisa apa saja, seperti ketidakseimbangan kimia dalam tubuh, perubahan struktur otak, stress lingkungan, trauma dan phobia, dan lain-lain.
Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu terasa.
Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan yaitu, neurosis, moral dan realistis.
            Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena member sinyal bahwa ada bahaya didepan mata. Misalnya, mimpi akan kecemasan member sinyal pada sensor kita tentang adanya bahaya yang mengintai, yang memungkinka kita untuk menyamarkan gambaran mimpi. Kecemasan memungkinkan ego yang selalu siaga ini tetap waspada terhadap tanda-tanda ancaman dan bahaya. Sinyal adanya bahaya yang mengintai membuat kita bersiaga untuk melawan atau melindungi diri.




2.      Saran
Sebagian besar kasus pada gangguan kecemasan dapat diatasi dengan salah satu atau kombinasi dari terapi berikut:
a.       Obat-obatan: obat digunakan untuk mengurangi gejala gangguan kecemasan, seperti obat anti-depresi dan pengurang kecemasan.
b.      Psikoterapi: sejenis konseling yang membahas respons emosional terhadap kelainan jiwa. Hal ini merupakan proses dimana pakar kesehatan jiwa terlatih membantu penderita dengan strategi wawancara untuk memahami dan menangani gangguan mereka.
c.       Terapi perilaku kognitif: penderita gangguan kecemasan sering berpartisipasi dalam jenis psikoterapi ini, dimana mereka belajar untuk mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku yang menimbulkan perasaan cemas.
d.      Perubahan pola makan dan gaya hidup: hidup dengan pola makan yang sehat dan selalu berfikiran positive thinking, agar apa yang ada didalam otak kita hanya hal-hal yang positif.
e.       Terapi relaksasi: usahakan untuk melakukan terapi relaksasi agar otak dan tubuh kita tidak terlalu tegang.




Daftar Pustaka

Teori Kepribadian, Theories of Personality (Buku 1 Psikologi Kepribadian – Teori Freud)

Ardi Ardiani, Tristiadi.2011.Psikologi Abnormal.Bandung: Penerbit Lubuk Agung

Utamitamii.blogspot.com//Anxiety Disorded(Gangguan Kecemasan).
Tuesday, 9 October 2012

            Globalindonesia45.com//PERGI KE SEKOLAH BERTARUH NYAWA.
                        Posted by: Richard Aritonang. 15 March 2015














 

Sarah Kusuma Dewi Fiqisyam Template by Ipietoon Cute Blog Design